Memadukan Jiwa Entrepreneurship dengan Teknologi
Dalam menjalankan kerajaan
bisnisnya, Ir. Sunaryo Suhadi, MBA memiliki cara unik agar bisnis dan
ilmu pengetahuan terus berjalan beriringan. Pemilik tiga perusahaan di
Gresik dan Jakarta ini menamakan konsep yang digagasnya ini
‘Technopreneurship’. “Teknologi dan entrepreneur (wirausaha) sangat
penting dalam dunia bisnis. Pebisnis tak hanya mengerti masalah bisnis
saja, namun harus juga mampu mengembangkan teknologi sendiri,” tutur
alumnus Teknik Kimia ITS ini.
Meski tinggal di Jakarta, namun
Sunaryo menghabiskan masa sekolah dasar hingga kuliah di Surabaya.
Setelah mencoba menjadi pegawai selama 4 tahun, barulah ia memberanikan
diri membangun bisnis kontraktor dan dilanjutkan dengan mendirikan
pabrik LPG. “Saya percaya setiap insan dikaruniai jiwa entrepreneur.
Tinggal bagaimana ia mengembangkannya,” kata Sunaryo.
Pemilik PT Media Karya Sentosa, PT
Arsynergy Invesment dan PT Satyamitra Surya Perkasa ini menjelaskan
dalam membangun bisnis yang berbasis teknologi setidaknya memiliki 3
tahapan. “Pertama jelas teknologi, kedua menanamkan jiwa
enterpreneurship. Jika keduanya digabungkan jadilah technopreneurship,”
terang Sunaryo.
Memahami teknologi harus dilakukan
melalui proses pendidikan di universitas. Agar dapat bermanfaat,
teknologi harus diimplementasikan berupa karya nyata yang dapat
dimanfaatkan secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengkolaborasikan antara teknologi yang telah dihasilkan dengan
kebutuhan yang ada. harus dapat dikolaborasikan dengan kebutuhan yang
ada, “Hasilnya supaya tepat guna dan bermanfaat secara luas bagi
masyarakat,” kata Sunaryo.
Untuk mengembangkan jiwa
entrepreneurship, Sunaryo mengatakan perlu beberapa tahapan, antara
lain penanaman jiwa entrepreneurship, perubahan paradigma umum,
semangat dan kompetisi. Tahapan penanaman jiwa entrepreneurship dapat
melalui pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan dalam
usaha. “Tahap ini berkutat pada teori tentang kewirausahaan dan
pengenalan tentang urgensinya,” kata Sunaryo.
Setelah itu, mengubah pola pikir
pragmatis dan instan dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil
sangat diperlukan guna menstimulus perkembangan perekonomian negara.
“Di tahap ini diberikan sebuah pandangan tentang keuntungan usaha bagi
individu maupun masyarakat,” kata Sunaryo.
Setelah memiliki kompetensi
teknologi dan jiwa entrepreneurship, hal terakhir yang perlu dilakukan
adalah mengintegrasikannya. “Teknologi yang telah dimiliki kita
kreasikan dan inovasikan untuk menyokong pengembangan unit usaha,” tutur
Sunaryo.
Hal ini dapat dilakukan secara
nyata dalam proses produksi (contoh: Microsoft), marketing (contoh:
e-Bay), accounting, dan lain sebagainya. “ Dan yang terpenting adalah
kreativitas dan pemanfaatan teknologi dengan tepat agar jiwa
technopreneurship dapat terus berkembang,” ungkap Sunaryo.
(*/SurabayaPost)
0 comments:
Posting Komentar
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Pantang bagi kita memberikan komentar bermuatan menghina atau spam.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Bangun sharing ilmu dengan berkomentar disini :