Contoh Pembuatan PTK
Dibawah ini adalah PTK yang sudah jadi, sehingga anda tinggal mengeditnya.
Selamat membuat PTK .
Ringkasan :
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tidak dapat dipungkiri bahwa model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan yang dikembangkan dan diterapkan oleh guru di sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran yang masih dilakukan secara klasikal dengan model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris menyebabkan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia di segala fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas maka kiranya perlu diterapkan suatu metode belajar yang menjadikan siswa aktif dan menyenangkan sehingga prestasi belajarnya meningkat maka dari itu diadakan penelitian tentang bagaimana proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dan apakah melalui pembelajaran tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu metode yang tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar anak.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia yaitu belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana berpikir atau bernalar. Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran.
Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan pembelajarannya masih dilakukan secara klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar.
Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Melalui penulisan ini bertujuan untuk :
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini adalah :
Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka :
Menurut Bannet (1991), cooperative learning adalah kerja kelompok, tetapi tidak semua kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :
Saling ketergantungan positif
ü Tanggung jawab perseorangan
ü Tatap muka
ü Komunikasi antar anggota
ü Evaluasi proses kelompok
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena toh mereka enggan memberikan sumbangan. Malahan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan antara lain :
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain :
Penulisan karya ini termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau apa adanya (naturalistik), tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan dengan maksud untuk menemukan kebenaran dibalik data yang objektif dan cukup. Penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada nalisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.
Data atau informasi yang diajring penelitian kualitatif dapat terbentuk gejala yang sedang berlangsung, reproduksi ingatan, pendapat yang bersifat teoritis atau praktis dan lain-lainnya. Data tersebut baik berupa kata atau tindakan, oleh karena itu analisis isi lebih penting.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumenter. Istilah dokumenter atau dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Alat pengumpul datanya disebut form dokumen atau form pencatatan dokumen. Sedangkan sumber datanya berupa catatan atau dokumen. Metode dokumenter dengan demikian berarti upaya pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis. Benda tertulis tersebut dapat berupa catatan resmi seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan lain-lainnya, atau catatan tidak resmi, berupa catatan ekspresif seperti catatan harian, bibliografi dan lain sebagainya. Analisis data kualitatif menurut Lexy J. Moleong (1994:196) sebagai berikut:
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : VI / I
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi :
2. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan
Kompetensi Dasar :
2.1. Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik dan benar
Indikator :
Kepala Sekolah
MUHAMMAD ARIS, A.Ma. Pd
NIP. 19511231 197801 1 007 Ading………………………………..2011
Guru Kelas
MUHAMMAD KARWAPI, A.Ma
NIP. 19700325 200604 1 006
Keuntungan dan kelemahan strategi belajar mengajar menggunakan teknik kerja kelompok antara lain :
Keuntungan :
Kegiatan seperti itu memberikan kesempatn kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat, serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas. Dengan demikian peran guru di dalam kelas bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih bersifat sebagai penggerak atau pembimbing siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang diperoleh siswa sendiri akan lebih melekat lebih lama di pikiran dan menjadikan prestasi belajar siswa meningkatkan.
Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran siswa akan dihargai, sehingga siswa merasa semakin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Di samping itu situasi kelas menjadi menyenangkan dan bersahabat.
Penerapan pembelajaran kooperatif ini tergolong masih relatif baru dan belum banyak diterapkan di kelas-kelas. Oleh karena itu dalam menerapkan pembelajaran kooperatif ini menemukan berbagai kendala di antaranya yaitu kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki tipe bercerita berpasangan. Siswa-siswa sebagian besar masih belum mengerti dan banyak bertanya tentang apa yang harus dilakukan, sehingga banyak menyita waktu dan perhatian guru. Di samping itu guru juga harus mengatur tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
Untuk mengatasi kendala tersebut yang dilakukan oleh guru adalah memberikan pengertian dan penjelasan berulang mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa agar sesuai dengan prosedur yang diinginkan. Karena yang dihadapi adalah anak usia SD maka guru sebaiknya menggunakan langkah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa.
Kemudian untuk masalah tempat duduk siswa, guru dapat mengatur penetaan bangku yang berbeda-beda misalnya dengan meja tapal kuda, meja panjang, penataan tapal kuda, meja laboratorium, meja kelompok, klasikal, bangku individu dengan meja tulisnya, meja berbaris. Pengalaman guru dan siswa pada pembelajaran kooperatif juga turut menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Di samping itu pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki kendala di antaranya kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki. Dan juga terdapat kelemahan pada teknik belajar kelompok misalnya mengatur penataan bangku yang berbeda-beda dan model/gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
Depdiknas. 2006. Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas
ü Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.
ü Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.
ü Rostiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wibowo, Teguh. 2004. Cinta Bahasa Kita 6. Jakarta : Ganeca Exact.
Selamat membuat PTK .
Ringkasan :
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tidak dapat dipungkiri bahwa model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan yang dikembangkan dan diterapkan oleh guru di sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran yang masih dilakukan secara klasikal dengan model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris menyebabkan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia di segala fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas maka kiranya perlu diterapkan suatu metode belajar yang menjadikan siswa aktif dan menyenangkan sehingga prestasi belajarnya meningkat maka dari itu diadakan penelitian tentang bagaimana proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dan apakah melalui pembelajaran tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu metode yang tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar anak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia yaitu belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana berpikir atau bernalar. Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran.
Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan pembelajarannya masih dilakukan secara klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar.
Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
- Bagaimana proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di kelas VI Sekolah Dasar?
- Apakah keuntungan dan kelemahan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar?
Melalui penulisan ini bertujuan untuk :
- Mengetahui bagaimana proses belajar mengajar Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di kelas VI Sekolah Dasar
- Mengetahui keuntungan dan kelemahan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VI Sekolah Dasar.
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini adalah :
- Bagi penulis atau mahasiswa Program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) Universitas Muhammadiyah Makassar, dapat dijadikan sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menjadi prasyarat meraih gelar S1.
- Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah guna meningkatkan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar.
- Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam beraktifitas atau berpikir secara optimal dalam metode kooperatif agar siswa tidak jenuh dan bosan.
Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka :
- Penelitian ini hanya membatasi pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
- Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan mendengarkan berita.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- 1. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Bannet (1991), cooperative learning adalah kerja kelompok, tetapi tidak semua kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :
- Ketergantungan yang positif
- Akuntabilitas individual
- Interaksi tatap muka
- Ketrampilan sosial
- Prosesing
Saling ketergantungan positif
ü Tanggung jawab perseorangan
ü Tatap muka
ü Komunikasi antar anggota
ü Evaluasi proses kelompok
- a. Saling ketergantungan positif
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena toh mereka enggan memberikan sumbangan. Malahan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
- b. Tanggung jawab perseorangan
- c. Tatap muka
- d. Komunikasi antar anggota
- e. Evaluasi proses kelompok
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan antara lain :
- Mencari Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
- Bertukar Pasangan
- Berpikir – Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman (Think – Pair – Share) dan Spencer Kagan Think – Pair – Square).
- Berkirim Salam dan Soal
- Kepala Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
- Kepala Bernomor Terstruktur
- Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
- Keliling Kelas
- Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
- Tari Bambu
- Jigsaw, dikembangkan oleh Aronsol et al.
- Bercerita Berpasangan
- Menentukan topik yang akan digunakan dalam kerja kelompok.
- Membuat keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok.
- Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
- Memantau kerja siswa dalam kelompok.
- Memberikan saran penyelesaian masalah yang cocok.
- Evaluasi serta memberikan saran-saran.
- Ukuran ruang kelas
- Jumlah siswa
- Tingkat kedewasaan siswa
- Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
- Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
- Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong
- Pengalaman siswa dalam melaksanakan pembelajaran gotong royong.
- 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain :
- Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
- Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
- Siswa dipasangkan.
- Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
- Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing.
- Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
- Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
- Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
- Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
- Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
- Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode
yang tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan informasi
apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.METODOLOGI PENULISAN
Penulisan karya ini termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau apa adanya (naturalistik), tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan dengan maksud untuk menemukan kebenaran dibalik data yang objektif dan cukup. Penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada nalisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.
Data atau informasi yang diajring penelitian kualitatif dapat terbentuk gejala yang sedang berlangsung, reproduksi ingatan, pendapat yang bersifat teoritis atau praktis dan lain-lainnya. Data tersebut baik berupa kata atau tindakan, oleh karena itu analisis isi lebih penting.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumenter. Istilah dokumenter atau dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Alat pengumpul datanya disebut form dokumen atau form pencatatan dokumen. Sedangkan sumber datanya berupa catatan atau dokumen. Metode dokumenter dengan demikian berarti upaya pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis. Benda tertulis tersebut dapat berupa catatan resmi seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan lain-lainnya, atau catatan tidak resmi, berupa catatan ekspresif seperti catatan harian, bibliografi dan lain sebagainya. Analisis data kualitatif menurut Lexy J. Moleong (1994:196) sebagai berikut:
- Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.
- Reduksi data.
- Menyusun data hasil reduksi ke dalam satuan-satuan.
- Melakukan kategorisasi terhadap satuan-satuan data sambil membuat kodig.
- Uji keabsahan data.
- Penafsiran data dalam mengubah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
- Penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
- A. Hasil
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SDN 318 Tobarakka(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : VI / I
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi :
2. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan
Kompetensi Dasar :
2.1. Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik dan benar
Indikator :
- Mencatat pokok-pokok isi berita televisi atau radio yang didengarkan.
- Menuliskan pokok-pokok isi berita ke dalam satu kalimat atau lebih.
- Menyampaikan hasil karangan yang berasal dari perbandingan catatan sendiri dengan catatan teman satu kelompok.
- I. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Siswa dapat mencatat pokok-pokok isi berita televisi atau radio yang didengarkan.
- Siswa dapat menuliskan pokok-pokok isi berita ke dalam satu kalimat atau lebih.
- Siswa dapat menanggapi dan menyimpulkan isi berita yang didengar.
- Siswa dapat menyampaikan hasil karangan mereka.
- II. MATERI POKOK
- III. METODE PEMBELAJARAN
- Metode pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan
- IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
- Kegiatan Awal
- Menciptakan lingkungan : salam pembuka dan berdo’a
- Tanya jawab mengenai berita
- Mengulang sepintas materi yang lalu yang berhubungan dengan materi hari ini.
- Kegiatan Inti
- Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2 orang siswa (berpasangan).
- Sebelum memberikan tugas kepada siswa, guru menjelaskan materi dan langkah pengerjaan tugas.
- Guru membagi berita menjadi 2 bagian.
- Siswa pertama pada tiap kelompok mendengarkan berita bagian pertama, siswa kedua mendengarkan berita bagian kedua.
- Siswa mendengarkan bagian berita mereka masing-masing kemudian menuliskan pokok-pokok isi berita mereka.
- Setelah selesai mendengarkan siswa saling menukar pokok-pokok isi berita dengan pasangan masing-masing.
- Kemudian siswa yang telah mendengarkan bagian pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang mendengarkan bagian kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya berdasarkan pokok-pokok isi berita yang berasal dari pasangannya.
- Setelah selesai membuat karangan, guru meminta sebagian siswa membacakan hasil karangan mereka.
- Guru membagikan bagian berita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.
- Kegiatan Akhir
- Setiap pasangan berdiskusi dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas tentang berita yang dikerjakan tadi.
- Guru membuat kesimpulan dari kegiatan pada pertemuan inti.
- Guru melakukan tes dengan memberi pertanyaan lisan kepada siswa.
- Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk menuliskan pokok-pokok berita televisi
- V. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
- Naskah berita radio atau televisi
- Buku paket Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar
- KTSP
- Cinta Bahasa Kita 6, Ganeca Exact, 2004.
- VI. PENILAIAN
- Tes lisan : Tanya jawab
- Penilaian proses : Dilakukan melalui pengamatan saat peserta didik melakukan kegiatan.
- Tes perbuatan : Diskusi
Mengetahui, |
MUHAMMAD ARIS, A.Ma. Pd
NIP. 19511231 197801 1 007 Ading………………………………..2011
Guru Kelas
MUHAMMAD KARWAPI, A.Ma
NIP. 19700325 200604 1 006
Keuntungan dan kelemahan strategi belajar mengajar menggunakan teknik kerja kelompok antara lain :
Keuntungan :
- Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
- Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
- Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain; hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
- Menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
- Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
- B. Pembahasan
Kegiatan seperti itu memberikan kesempatn kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat, serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas. Dengan demikian peran guru di dalam kelas bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih bersifat sebagai penggerak atau pembimbing siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang diperoleh siswa sendiri akan lebih melekat lebih lama di pikiran dan menjadikan prestasi belajar siswa meningkatkan.
Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran siswa akan dihargai, sehingga siswa merasa semakin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Di samping itu situasi kelas menjadi menyenangkan dan bersahabat.
Penerapan pembelajaran kooperatif ini tergolong masih relatif baru dan belum banyak diterapkan di kelas-kelas. Oleh karena itu dalam menerapkan pembelajaran kooperatif ini menemukan berbagai kendala di antaranya yaitu kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki tipe bercerita berpasangan. Siswa-siswa sebagian besar masih belum mengerti dan banyak bertanya tentang apa yang harus dilakukan, sehingga banyak menyita waktu dan perhatian guru. Di samping itu guru juga harus mengatur tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
Untuk mengatasi kendala tersebut yang dilakukan oleh guru adalah memberikan pengertian dan penjelasan berulang mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa agar sesuai dengan prosedur yang diinginkan. Karena yang dihadapi adalah anak usia SD maka guru sebaiknya menggunakan langkah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa.
Kemudian untuk masalah tempat duduk siswa, guru dapat mengatur penetaan bangku yang berbeda-beda misalnya dengan meja tapal kuda, meja panjang, penataan tapal kuda, meja laboratorium, meja kelompok, klasikal, bangku individu dengan meja tulisnya, meja berbaris. Pengalaman guru dan siswa pada pembelajaran kooperatif juga turut menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
- A. Simpulan
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Di samping itu pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki kendala di antaranya kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki. Dan juga terdapat kelemahan pada teknik belajar kelompok misalnya mengatur penataan bangku yang berbeda-beda dan model/gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
- B. Saran
- Mengingat metode pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan untuk meningkatkan prestasi belajar, maka hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran ini di kelas sebagai selingan metode-metode belajar yang sudah ada.
- Pembelajaran ini hendaknya diterapkan secara kontinu baik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
ü Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Depdiknas. 2006. Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas
ü Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.
ü Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.
ü Rostiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wibowo, Teguh. 2004. Cinta Bahasa Kita 6. Jakarta : Ganeca Exact.
0 comments:
Posting Komentar
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Pantang bagi kita memberikan komentar bermuatan menghina atau spam.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Bangun sharing ilmu dengan berkomentar disini :